top of page

Hidup Itu Pilihan, Tugas Kita Menentukan

Quarter life crisis memang identik dengan kondisi dihadapkannya seseorang dengan berbagai pilihan tanpa henti. Kita untuk pertama kalinya “dipaksa” untuk memilih berbagai keputusan-keputusan penting di dalam hidup kita. Kemudian bermunculan pertanyaan-pertanyaan dibenak kita ,seperti “apakah saya akan melanjutkan studi atau lanjut bekerja?”, “apakah dia pasangan yang tepat untuk saya?”, dan seterusnya.


Setiap orang umumnya mengharapkan keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik. Masalahnya, di dalam hidup tidak ada sesuatu yang pasti dan pilihan itu memiliki konsekuensi positif juga negatif. Hidup memang sesulit itu, Ya..


Efeknya, kita pun semakin merasa kebingungan dan tertekan dengan pilihan yang ada. Konsekuensi yang tidak jelas tak jarang membuat kita menunda-nunda mengambil keputusan, menghindar dari situasi yang tertekan ketika harus mengambil keputusan bahkan jadi bertindak gegabah dalam kondisi yang sangat stres itu. Padahal, mengambil keputusan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari.


Bagaimana ya, caranya mengambil keputusan?


Ada dua model cara mengambil keputusan yang bisa dilakukan seseorang menurut Krogerus dan Tschappeler (2011)



1. Saat merasa bingung dan dilema dalam menentukan pilihan, tak ada salahnya untuk kita mencoba menuliskan apa yang menahan kita untuk tetap berada di pilihan awal pada sisi kiri. Selanjutnya, di sisi kanan kita dapat menuliskan apa yang membuat kita tertarik untuk mengambil pilihan tersebut. Modelnya memang mirip dengan melihat pro dan kontra, tetapi model ini lebih fokus pada hal positif dari kedua pilihan saja, jadi kita bisa mempertimbangkan sisi menahan yang lebih kuat atau sisi menarik kah. Model ini disebut juga Rubber Band Model


2 Model kedua mungkin dapat kamu pakai ketika berada pada kondisi tidak puas terhadap apa yang dijalani (misalnya, pekerjaan) tetapi bingung apakah sebaiknya pindah dari kondisi tersebut atau tidak. Model ini dinamakan personal performance model, yaitu membantu mu untuk mengevaluasi situasi dan kondisi pekerjaan saat ini.


Cobalah step berikut :

--> Jawablah dan tuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh pekerjaan saya menuntut saya (have to) , seberapa jauh pekerjaan sesuai dengan kemampuan saya (able to), seberapa jauh pekerjaan saya sesuai dengan yang saya ingin kerjakan? (want to)



--> Setelah menjawab pertanyaan, berikanlah skala 0-10 yang menunjukan level kesesuaian (0 tidak sesuai, 10 = sangat sesuai


---> Tuliskan lah skala tersebut seperti bagan disamping setiap harinya selama beberapa minggu.


Jika kita melakukannya selama 3 minggu kita akan memiliki 21 diagram.


Ketika bentuk diagramnya cenderung statis, maka pekerjaan kita cenderung sama setiap harinya. Pekerjaan yang cenderung statis dapat membuat kita merasa lebih mudah bosan terhadap apa yang kita kerjakan. Oleh karena itu, ketika bentuk diagramnya statis, kita dapat bertanya kepada diri kita sebagai bentuk refleksi, seperti Apa yang sebenarnya saya inginkan?Apakah saya dapat mengerjakan apa yang saya mau?


Dua model diatas merupakan contoh-contoh yang dapat digunakan untuk mengambil sebuah keputusan. Menuliskan segala pertimbangan yang kita miliki juga dapat membantu kita. Tapi, semuanya bisa tergantung oleh setiap orang yang mencoba.


Jadi, Selamat Mencoba Ya!

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Instagram Social Icon
  • YouTube Social  Icon
bottom of page